Senin, 10 Juli 2017
Pahami Anak Autis Sesuai Potensinya
O
ran-orang dilingkungan di sekitar anak dengan autis perlu memahami dan memenuhi kebutuhan anak autis. Anak autis perlu diperlakukan seperti anak normal dengan potensinya masing-masing, jangan dikucilkan.
Demikian disampaikan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof Hardiono Pusponegoro, KAmis (6/7), di Jakarta. Sebelum memahami kebutuhan anak autis katanya diperlukan diagnosis autis ditegakkan lebih dini, intervensi yang diperlukan hasilnya akan semakin baik.
Setelah diagnosis ditegakkan, kebutuhan selanjutnya adalah intervensi yang tepat. "Hampir semua intervensi tidak memakai obat, terapi saja. Obat diberikan jika perilaku anak sudah mengganggu orang lain," ujar Hardiono.
Opsi terapi anak autis tidak dilakukan secara bersamaan, tetapi berurutan disesuaikan dengan usia anak. Terapi yang penting dilakukan antara lain terapi perilaku, bicara dan sensori integrasi. Kemampuan bicara adalaah perilaku yang bisa diajarkan pada anak autis.
Bermain di luar ruang dengan pendampingan, kata Hardiono, juga akan lebih membantu menenangkan anak autis. Bahkan menonton televisi atau sekadar bermain gawai sepanjang didampingi orangtua dinilai wajar. "Yang enggak boleh itu anak autis didiamkan bengong sendirian" ujar Hardiono.
Hasil terapi disebut bagus jika anak sudah bisa berbicara dan bersekolah. Setelah itu, semua bergantuing pada intelegensi anak, sama seperti pada anak normal.
Terapis
Dia sangat menyesalkan banyaknya pengobatan alternatif yang menawarkan pengobatan autisme dengan pemeriksaan yang tidak perlu sebagai penunjang. "Yang diperlukan sekarang adalah terapis yang canggih agar tidak ada lagi orang-orang tidak berkompeten melakukan terapi. Tamatan SMA jadi terapis saja ada," ujar Hardiono."
Secara global, prevalensi autisme diperkirakan 160 per 10.000 populasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dinegara berpenghasilan menegnah hingga rendah anak dengan autis kurang mendapatkan penanganan yang baik yang seharusnya mereka butuhkan. Kehidupannya penuh perjuangan dirusak oleh sitgma dan diskrimninasi.
Sebelumnya, presiden terpilih Internaional Coash Federation, Dessy Arnas, menyampaikan anak autis akan lebih nyaman berbaur dengan lingkungan sekitarnya jika lingkunga itu telah memahami dan mengerti kebutuhan mereka (ADH)
2017 © Copyright - Rajabijak. All right reserved
Powered by: PineappleTech